PROYEKSI CURAH HUJAN WILAYAH SENTRA INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN 2020

Hai rekan-rekan pembaca web agroklimatologi kelapa sawit dimanapun berada!

Dalam kesempatan kali ini, kami akan menyampaikan hasil kajian proyeksi curah hujan khususnya di sentra perkebunan kelapa sawit. Sebagai catatan, kajian ini kami lakukan berdasarkan studi hasil forecasting beberapa model yang dikembangkan beberapa institusi dalam dan luar negeri seperti International Research Institute for Climate and Society (IRI), ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC), Bureau of Meteorology (BOM), Apec Climate Center (APCC), dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil forecasting tersebut kemudian diinterpretasikan secara statistik dan dilakukan adjustment berdasarkan data historis dan pengalaman lapangan.  

Pada bagian akhir tulisan ini, akan disampaikan hasil proyeksi curah hujan pada beberapa titik yang mewakili wilayah-wilayah yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Data yang digunakan sebagai baseline adalah data curah hujan 1991-2010. Data tersebut diperoleh dari BMKG dan data gridded NASA-POWER (https://power.larc.nasa.gov/). Curah hujan yang diproyeksikan adalah curah hujan 6 bulan kedepan (April-September 2020). Sementara itu, curah hujan Oktober-Desember diproyeksikan sesuai dengan baseline curah hujan bulan yang sama tahun 1991-2010 dengan asumsi bahwa tidak terjadi anomali iklim (akan di bahas pada Bab 1). Proyeksi curah hujan Oktober-Desember akan disampaikan pada postingan kami selanjutnya.

Proyeksi El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Berbicara mengenai kondisi iklim (curah hujan) di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari dua fenomena yang seringkali mempengaruhinya, yaitu ENSO dan IOD (lihat lebih detail pada tulisan di Menu PUBLIKASI website ini tahun 2017 dengan judul “Anomali-anomali iklim dan implikasinya terhadap produktivitas kelapa sawit di Indonesia”).

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa model proyeksi ENSO dan IOD, diketahui bahwa sebagian besar model menyatakan pada tahun 2020 ini ENSO cenderung normal. Sementara itu, IOD diprediksi juga berada pada level normal. Di bawah ini adalah hasil proyeksi kejadian ENSO dari BOM dan IRI.

Berdasarkan kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai NINO3.4 yang merupakan indikator ENSO, menunjukkan bahwa hingga akhir September 2020 ENSO berada pada rentang level normal. Pada periode Maret-April anomali suhu permukaan laut menunjukkan trend peningkatan hingga batas atas level normal (mendekati nilai anomali > +0.8 / indikasi terjadi El Niño), tetapi kemudian perlahan menurun dan mendekati nilai anomali > -0.8 / indikasi terjadi La Niña pada bulan Agustus-September. Hal serupa ditunjukkan hasil kajian dari IRI, dimana peluang kejadian ENSO normal lebih tinggi dibandingkan El Niño dan La Niña.

Sementara itu, nilai IOD juga diproyeksikan berada pada level normal. IOD berada pada level positif pada periode Oktober 2019 hingga awal tahun 2020 yang menyebabkan curah hujan yang lebih rendah daripada kondisi normalnya khususnya bagian barat Indonesia. Namun demikian, mulai Januari nilai IOD cenderung menurun dan fluktuatif tetapi berada pada level normal hingga September 2020.

Proyeksi Curah Hujan Indonesia

Terkait dengan kondisi fenomena anomali iklim yang disampaikan sebelumnya (ENSO dan IOD), maka diproyeksikan bahwa pada periode April-Juni 2020 sebagian besar wilayah sentra perkebunan kelapa sawit akan mengalami curah hujan di bawah normal. Hal ini pernah kami sampaikan pada postingan kami sebelumnya (https://agroklimatologippks.com/2020/03/17/prediksi-curah-hujan-bulanan-indonesia-periode-april-juni-2020/). Gambaran kondisi curah hujan Indonesia dalam 6 bulan kedepan disajikan pada gambar di bawah ini.

Berdasarkan hasil forecasting dari APCC di atas, selanjutnya dilakukan proyeksi curah hujan pada 22 titik yang tersebar pada wilayah-wilayah sentra perkebunan di Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi). Sebaran titik-titik yang diproyeksikan tersaji pada gambar di bawah ini.

Hasil proyeksi curah hujan pada 22 titik yang dipilih tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam menduga curah hujan tahun 2020 (khususnya 6 bulan kedepan). Pada saat menggunakan data hasil proyeksi ini, sebaiknya tidak terpaku pada angka absolutnya, tetapi pada pola simpangan (apakah di atas, sama dengan, atau di bawah nilai curah hujan baseline 1991-2010). Untuk meningkatkan akurasi, sebaiknya para pembaca menanyakan pada BMKG setempat dan atau menggunakan data baseline / historis kebun / lokasi yang dikaji.  Hasil proyeksi curah hujan 22 titik terpilih adalah sebagai berikut:

Penutup

Sebagai penutup, dapat disimpulkan beberapa poin penting yaitu:

  • Pada 2020 diprediksi kondisi ENSO maupun IOD akan berada pada level normal.
  • Sentra perkebunan kelapa sawit Indonesia akan mengalami curah hujan yang relatif rendah pada April hingga Juni 2020. Namun demikian, setelah periode tersebut, curah hujan diprediksi lebih tinggi dibandingkan kondisi normalnya.
Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s