Sudahkah bapak dan ibu planters sawit mempunyai alat penakar curah hujan di kebun masing-masing? Salah satu alat penakar hujan sederhana adalah ombrometer. Harganya pun tak terlalu mahal, dengan rentang harga dari ratusan ribu hingga dua jutaan. Hasil perhitungan curah hujan dengan ombrometer dapat mewakili data curah hujan untuk setiap luasan sebesar 500-800 ha (1 afdeling).
Lalu, mengapa kita harus mengukur dan mencatat besar curah hujan setiap harinya? Yuuuk kita bahas bersama. Manfaat pengukuran curah hujan setiap hari antara lain:
Mengetahui data historis jumlah curah hujan harian, bulanan, dan tahunan
Dengan mengetahui data historisnya, kita dapat menentukan: a) hari terpanjang tanpa hujan (jika >20 hari maka tanaman akan mulai mengalami stress); b) nilai kesesuaian lahan (berdasarkan syarat tumbuh secara klimatologi); c) besar defisit air dalam setahun (semakin besar defisit air maka tingkat stress tanaman akan semakin tinggi); dan d) model penduga produksi tanaman (untuk menentukan target produksi pada masa mendatang).
Mengetahui pola distribusi curah hujan
Dengan mengetahui pola hujan, kita dapat menentukan: a) waktu untuk melakukan pemupukan (di awal atau akhir musim penghujan optimalnya pada curah hujan (CH) 100-200 mm/bulan); b) waktu melakukan pembukaan areal baru (di musim kemarau) dan penanaman bibit ke lahan (di musim penghujan); c) waktu melakukan penyiraman di pembibitan (penyiraman dilakukan jika CH <8mm pada pengamatan hari berjalan); d) waktu yang rentan terhadap serangan hama penyakit.
Setelah mempunyai ombrometer, tugas berikutnya yaitu menyiapkan sumberdaya manusia sebagai pencatat data yang memiliki komitmen, tanggung jawab, jujur, disiplin, kompeten, dan bersedia secara rutin melakukan pengamatan setiap jam 7.00 di pagi hari. Setiap tahun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengadakan pelatihan secara gratis untuk para petugas pencatat data hujan, dan juga memberikan penghargaan kepada petugas pencatat yang terbaik. Sebagai contoh, petugas pencatat CH dari Pusat Penelitian kelapa Sawit (PPKS) memiliki pencatat data CH di salah satu kebun percobaannya yang telah berulang kali mendapatkan penghargaan dari BMKG karena dinilai telah berprestasi, kompeten, dan berdedikasi tinggi dalam melakukan tugas pencatatan tersebut.
Apakah kita cukup memperhatikan data curah hujan hasil pencatatan dari kebun saja? Tentu tidak. Kita juga perlu melakukan pengamatan terhadap iklim regional. Dalam era digital saat ini, informasi ini dapat dengan mudah kita peroleh melalui internet. Pilihlah laman yang terpercaya dan akurat seperti www.bmkg.go.id, www.bom.gov.au, dan lain lain.
Salah satu informasi yang bisa kita peroleh misalnya, bahwa saat ini mulai terbentuk “kolam dingin” di Samudera Pasifik (wilayah Nino 1-4). Kolam dingin yang terbentuk ini diduga akan semakin kuat pada Oktober hingga Desember. Kondisi ini kita kenal sebagai La Nina, yang umumnya akan mengakibatkan peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia terutama di wilayah selatan katulistiwa. Informasi lainnya yang dapat kita peroleh yaitu nilai Indian Ocean Dipole hingga akhir tahun bersifat netral, kecuali bulan Oktober yang diduga negative. Hal ini akan menyebabkan curah hujan yang tinggi di wilayah Indonesia terutama di pesisir Barat Sumatera. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diduga bahwa curah hujan di Indonesia pada akhir tahun ini (semester dua tahun 2020) akan lebih tinggi atau di atas normal.
Nah…. Dengan mengetahui informasi tersebut, maka apa yang dapat kita lakukan sebagai pelaku sawit? Yang pertama, kita perlu bersyukur karena tanaman akan mendapatkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya baik secera vegetatif dan generatif. Yang kedua, kita perlu memastikan pelaksanaan waktu pemupukan yang tepat di semester dua agar dapat secara optimal diserap oleh tanaman (tidak tercuci oleh aliran permukaan karena curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi). Yang ketiga, menyegerakan perbaikan dan perawatan jalan agar produksi yang ada dapat terpanen dan terangkut secara maksimal dan buah tidak restan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Yang keempat, pengawasan dan deteksi dini tanaman yang terkena penyakit agar dapat diatasi dan dicegah penularannya kepada tanaman yang sehat. Dan yang kelima, menyiapkan bangunan konservasi tanah dan air untuk memanen air hujan agar dapat dimanfaatkan pada saat musim kering, terutama di wilayah selatan katulistiwa yang mempunyai bulan kering lebih dari satu per tahun.
Jadi, mari sediakan ombrometer di kebun kita, karena pencatatan data iklim itu sangat besar manfaatnya untuk efektivitas dan efisiensi kegiatan di perkebunan kelapa sawit kita. Jangan ragu dan bingung, sebab di PPKS tersedia set ombrometer yang berkualitas tinggi, terkalibrasi, dan mampu mengukur CH secara langsung dalam satuan mm, sehingga pencatat tidak perlu repot mengkonversi hasil pengukuran ke dalam satuan mm hujan.